Jika kita flashback ke belakang tepatnya di awal
tahun 2020, dunia dihebohkan dengan munculnya virus baru yakni virus corona
(SARS-CoV-2), penyakit ini disebut dengan Corona
Virus Disease (COVID-19). Diketahui bahwa asal muasal virus ini berasal
dari Wuhan, Tiongkok yang ditemukan di akhir Desember 2019. Organisasi
kesehatan dunia atau World Health
Organization (WHO) menyatakan bahwa Corona
Virus Disease 2019 (covid-19) sebagai pandemic. Pemerintah Indonesia
berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 11 Tahun 2020 tentang Penetapan
Kedaruratan Kesehatan Masyarakat Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) telah
menyatakan COVID-19 sebagai kedaruratan kesehatan masyarakat yang wajib
dilakukan upaya penanggulangan.
Pemerintah di berbagai
negara mengambil berbagai tindakan dan kebijakan untuk memutus mata rantai
penyebaran virus tersebut. Diawali dengan upaya sosialisasi, mewajibkan
penggunaan masker sampai menerapkan social
distancing.[1]
Pandemi COVID-10 ini secara fisik dan psikis telah mengganggu hampir seluruh
manusia di muka bumi ini. Sebagian dari mereka harus terpaksa melakukan social distancing selama berbulan-bulan.
Akibatnya adalah perekonomian dunia terdampak luar biasa, ancaman resesi bahkan
juga sampai depresi sudah menghantui perekonomian di hampir seluruh negara di
dunia. Bahkan negara-negara dengan ekonomi besar seperti Amerika Serikat,
Inggris, Perancis, Korea Selatan, Jepang, Singapura dan Selandia Baru turut
merasakannya. Tak terkecuali Indonesia, dalam dua kuartal secara berturut-turut
pertumbuhan ekonomi nasional mengalami kontraksi hingga -5,32%.[2]
Saat ini, dua tahun
berselang pemerintah mulai melonggarkan pembatasan terkait pencegahan pandemi
Covid-19 dengan memperbolehkan masyarakat untuk tidak menggunakan masker di
ruang terbuka. Ini merupakan langkah awal untuk memulai peralihan dari pandemi
ke endemi sesuai dengan kebijakan yang telah dicanangkan Presiden Joko Widodo
sebelumnya. Salah satu hal terpenting untuk sampai pada tahap ini adalah
pemahaman masyarakat tentang perilaku hidup sehat yang menjadi tanggung jawab
masing-masing individu.[3]
Dampak pandemi Covid-19
yang cukup besar memicu semangat Indonesia dalam berjuang menjawab segala
tantangan, terutama di bidang ekonomi. Salah satu upaya nyata yang dilakukan
Indonesia dalam pemulihan ekonomi nasional adalah melalui Forum Internasional
G20. Indonesia resmi menjadi tuan rumah Presidensi G20 (Kelompok Dua Puluh)
sejak diserahkan oleh Italia pada 31 Oktober 2021 di kota Roma, Italia. Untuk
pertama kalinya Indonesia menjadi bagian dari Troika G20 dengan Italia dan Arab
Saudi sejak dibentuk pada tahun 1999. Forum G20 merupakan forum kerjasama
multilateral yang beranggotakan 19 negara besar dan Uni Eropa (UE) yang
memiliki penghasilan kelas menengah hingga tinggi dan dari negara berkembang
hingga negara maju. G20 bertujuan untuk mencapai pertumbuhan global yang kuat,
berkelanjutan, seimbang, dan inklusif. Ini merupakan cerita penting bagi
Indonesia mengingat Indonesia merupakan satu-satunya negara ASEAN yang
tergabung dalam forum G20 dan menempati urutan ke-10 dalam daftar Purchasing Power Parity di antara
anggota G20.[4]
Indonesia resmi terpilih
menjadi Presidensi Kelompok Dua Puluh (G20) pada tahun 2022 dengan tema yakni “Pulih Bersama, Bangkit Lebih Kuat
(Recover Together, Recover Stronger)”
mengajak negara-negara di dunia untuk bersama-sama mencapai pemulihan yang
kuat. Pada kesempatan kali ini Indonesia akan mengangkat beberapa topik utama
yaitu Global Health System, Economic and Digital Transformation dan Energy
Transition. Dalam upaya transformasi ekonomi dan digital, Pemerintah Indonesia
telah menyusun peta jalan dan mendorong infrastruktur digitalisasi, sehingga
perlu menggunakan sistem komunikasi satelit orbit rendah untuk mencapai layanan
komunikasi ke daerah-daerah terpencil dan lebih mudah diakses sehingga ada
tidak ada kesenjangan digital. Kemudian, inklusi keuangan melalui fintech dan
digitalisasi, dengan pembuatan regulatory sandbox yang ditujukan untuk
melindungi transaksi keuangan publik. Dalam transisi energi akan dilakukan
prototype atau pilot termasuk dukungan finansial untuk diuji dan dievaluasi
sebelum KTT G20 dan kebijakan Indonesia untuk meningkatkan nilai tambah
komoditas, seperti minyak sawit berkelanjutan, yang akan didorong menjadi
komoditas utama produk ekspor Indonesia.[5]
#recovertogether #recoverstronger #g20
[1]
Achmad Syauqi,S.H.I., JALAN PANJANG COVID19 (sebuah refleksi dikala wabah
merajalela berdampak pada perekonomian), JKUBS Vol.1 No.1 (2020) 1-19
[2]
Dedi Junaedi dan Faisal Slistia, Dampak Pandemi COVID-19 Terhadap Pertumbuhan
Ekonomi Negara-Negara Terdampak, Simposium Nasional Keuangan Negara 2020, hlm.
995-1115
[3] https://www.kemkes.go.id/article/view/22051800001/transisi-pandemi-ke-endemi-diperbolehkan-tidak-memakai-masker-di-ruang-terbuka.html
[4] https://www.djkn.kemenkeu.go.id/artikel/baca/14784/Presidensi-G-20-Pulihkan-Perekonomian-Indonesia.html
[5] https://komahi.uai.ac.id/peran-indonesia-dalam-forum-g20%EF%BF%BC/